Ilmu Sosial Dasar Bab 3 dan 4
Bab 3
1. Pertumbuhan Individu
1.1 Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya
tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti
manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan
yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A.
Lysen. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa individu adalah seorang manusia yang
tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
1.2 Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ( Growth ) adalah berkaitan dangan masalah
perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat ( gram, pound ), ukuran panjang
( cm, inchi ), umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi dimana
ahli dari pengikut aliran ini menganggap bahwa pertumbuhan adalah proses
sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga
sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan
1. Faktor Internal
/ genetik
* faktor keturunan, masa konsepsi.
* bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan.
* menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.
* Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
* faktor keturunan, masa konsepsi.
* bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan.
* menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.
* Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
2. Faktor eksternal / lingkungan
* mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
* faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
a. Keluarga
Nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan pola interaksi dan komunikasi.
Fungsi: bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan perilaku.
* mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
* faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
a. Keluarga
Nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan pola interaksi dan komunikasi.
Fungsi: bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan perilaku.
b. Kelompok teman
sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
Fungsi: belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga dan untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan harapan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
Fungsi: belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga dan untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan harapan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
Tahapan proses
pembelajaran:
-mengenali kebutuhan
-penguasaan ketrampilan
-menjalankan tugas
-integrasi ke dalam seluruh fungsi
-mengembangkan penampilan perilaku yang efektif
-mengenali kebutuhan
-penguasaan ketrampilan
-menjalankan tugas
-integrasi ke dalam seluruh fungsi
-mengembangkan penampilan perilaku yang efektif
d. Kesehatan
Tingkat kesehatan, respon individu terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Tingkat kesehatan, respon individu terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
2.
Fungsi Keluarga
2.1 Pengertian Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang
harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Pekerjaan atau tugas-tugas
tersebut dapat dikerjakan secara bersama-sama atau individual.
2.2 Macam-macam Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar
keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi
anak-anaknya. Persiapan perkawinan yang
perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak-anaknya dapat berbentuk antara
lain pengetahuan tantang kehidupan sex bagi suami istri, pengetahuan mengatur
rumah tangga bagi sang istri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara
pendidikan bagi anaak-anak dan lain-lain.
Dengan persiapan seperti ini dapat terbentuk keluarga yang harmonis dan berpengaruh baik bagi kehidupan bermasyarakat.
Dengan persiapan seperti ini dapat terbentuk keluarga yang harmonis dan berpengaruh baik bagi kehidupan bermasyarakat.
b.
Fungsi Pemeliaharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut:
1) gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah;
2) gangguan penyakit dengan menyediakan obat-obatan;
3) gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain-lain.
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut:
1) gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah;
2) gangguan penyakit dengan menyediakan obat-obatan;
3) gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain-lain.
c.
Fungsi Ekonomi
Keluarga barusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu:
1) Kebutuhan makan dan minum,
2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya,
3) Kebutuhan tempat tinggal.
Keluarga barusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu:
1) Kebutuhan makan dan minum,
2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya,
3) Kebutuhan tempat tinggal.
d.
Fungsi Keagamaan
Dengan dasar pedoman ini
keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan
ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
e. Fungsi Sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa yag disebut sosialisasi. Dalam fungsi ini juga harus ada pewarisan kebudayaan dan nilai-nilainya, misalnya: sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain. Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa yag disebut sosialisasi. Dalam fungsi ini juga harus ada pewarisan kebudayaan dan nilai-nilainya, misalnya: sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain. Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.
f. Fungsi
Pendidikan
Fungsi Pendidikan, dilihat
dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaan dan masa depan anak.
g. Fungsi Sosialisasi
Fungsi Sosialisasi anak
dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat
yang baik.
h. Fungsi Perlindungan
Fungsi Perlindungan
dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
i. Fungsi Perasaan
Fungsi Perasaan dilihat
dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak
dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota
keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
Selain itu menurut peraturan pemerintah nomor 21 tahun 1994, ada 8 fungsi
keluarga yaitu:
1. Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan
anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar kehidupan keluarga
sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan
agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini memberikan
kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan
budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini
diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi,
kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.
3. Fungsi Cinta kasih
Hal ini berguna untuk memberikan
landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri,
orang tua dengan anaknya serta
hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama
bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi
pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana.
4. Fungsi Melindungi
Fungsi ini dimaksudkan
untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi yang merupakan
mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat menunjang
terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan takwa.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi yang memberikan
peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian
dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang.
7. Fungsi Ekonomi
Sebagai unsur pendukung
kemandirian dan ketahanan keluarga.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Memberikan kepada setiap keluarga
kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya
dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.
3.
Individu, Keluarga dan Masyarakat
3.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.
3.2 Pengertian Masyarakat
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat
adalah wadah segenap antarhubungan sosial terdiri atas banyak sekali
kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas
kelompok-kelompok lebih baik atau subkelompok.
Kemudian
pendapat Prof. M.M. Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan
daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antar manusia dengan manusia.
Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan
atau kumpulan manusia yang hidup bersama.
Kesimpulannya,
masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
3.3 2 Golongan Masyarakat
1.
Masyarakat Sederhana
Dalam lingkungan masyarakat
sederhana, pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin.
Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan
pola kehidupan dan pola perekonomian masyarakat sederhana atau belum sedemikian
rupa seperti pada masyarakat maju.
2.
Masyarakat Maju
Masyarakat maju memiliki aneka
ragam kelompok sosial atau lebih akrab dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan
yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang
akan dicapai.
Dalam
lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non
industri dan masyarakat industri.
(a) Masyarakat Non Industri
Secara
garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer dan kelompok
sekunder.
1)
Kelompok Primer
Dalam
kelompok ini, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat,
lebih akrab, atau bisa disebut juga kelompok “face to face”.
Contoh kelompok primer: keluarga, rukun tetangga,
kelompok belajar, kelompok agama dan lain sebagainya.
2)
Kelompok Sekunder
Antara
anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga
kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja
antar anggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional dan
obyektif.
(b) Masyarakat Industri
Durkheim
mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk mengklasifikasikan
masyarakat sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi ia lebih cenderung
mempergunakan du taraf klasifikasi, yait yang sederhana dan yang kompleks.
Masyarakat-masyarakat yang berada ditengah kedua eksterm diabaikan. Jika
pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakin tinggi.
Contoh-contoh masyarakat industri: tukang roti,
tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli
dinamo.
3.4 Perbedaan Kelompok Non Industri dan
Kelompok Industri
Perbedaannya adalah masyarakat
non industri masih ada keeratan hubungan dengan setiap anggota lainnya,
sedangkan masyarakat industri mungkin belum terlalu erat dengan anggota
lainnya. Mungkin karena bekerja terlalu keras, mereka tidak memperdulikan
daerah sekitar mereka.
4. Hubungan
antara Individu, Keluarga dan Masyarakat
4.1 Makna Individu
Individu merupakan tiap manusia
memiliki kesatuan serta keterbatasan yang berbeda satu dengan yang lainnya,
batasan inilah yang membedakan setiap individu. Manusia juga mempunyai
kepribadian serta pola dan tingkah laku spesifik dari dalam diriya, ada 3
kemungkinan menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualis atau takluk
terhadap kolektif. Kepribdian manusia adalah organisasi dinamis daripada
sistem-sistem psyco-physik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya
yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Untuk menjadi
individu yang ”mandiri” harus melalui proses. Proses yang dilaluinya adalah
proses pemantapan dalam pergaulan di lingkungan keluarga pada tahap pertama.
Karakter yang khas itu terbentuk dalam lingkungan keluarga secara bertahap dan
akan mengendap melalui sentuhan-sentuhan interaksi seperti etika, estetika, dan
moral agama.
4.2 Makna Keluarga
Keluarga adalah kelompok primer yang sangat
penting dalam masyarakat. Keluarga adalah sebuah grup yang terbentuk dari
laki laki dan wanita. Jadi keluarga bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial
ini mempunyai sifat sifat sosial yang sama.
Disini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting, yaitu:
1. Hubungan suami-isteri.
2. Bentuk perkawinan dimana suami-isteri itu diadakan dan dipelihara.
3. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan
(Avonculat).
4. Milik atau harga benda keluarga.
5. Pada umumnya keluarga itu tempat bersama / rumah bersama.
4.3 Makna
Masyarakat
Makna masyarakat seperti halnya dengan definisi
sosiologi yang banyak jumlahnya kita dapati pula definisi definisi tentang
masyarakat yang tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat singkat untuk
membatasi batasan-batasan mengenai persoalan atau pengertian ditinjau dari
analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari suatu
pengertian.
4.4 Hubungan
antara Individu, Keluarga dan Masyarakat
Manusia
adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan antara jiwa
dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan
antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk sosial seorang
individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu
dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah-tengah
masyarakat.
Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah
sebagai wahana dimana seorang individu mengalami proses sosialisasi yang
pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu
menjadi seorang yang berpribadi.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat,
keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena
itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi
hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga
seorang individu menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu
mengendalikan diri dan melakukan
hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling
berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling
keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa
melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga
sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari
proyeksi tersebut. Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia
berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan
individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan
gejala – gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan
dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota
kelompok atau anggota masyarakat.
5.
Urbanisasi
5.1 Pengertian Urbanisasi
Pengertian urbanisasi yang sebenarnya menurut Ensiklopedi Nasional
Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal
di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat
diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini
dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah
merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya
wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong
dan Bontang yang berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian
kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota,
karena adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.
5.2 Proses
Terjadinya Urbanisasi
Latar belakang terjadinya
urbanisasi pada negara indusrti maju dengan negara yang berkembang mempunyai
beberapa perbedaan yang terdiri dari:
1) Negara Industri Maju
* pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi
industri merupakan titik tolak terjadinya urbanisasi.
* penduduk kota meningkat lebih lambat dibandungkan di negara berkembang.
* pertumbuhan
kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar).
“proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”
2) Negara Sedang Berkembang
* urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi
merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri maju).
* penduduk kota meningkat cepat.
* urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat
proses urbanisasinya, adanya konsep “Primate City”.
“proses urbanisasi bersifat demografi”
Dari uraian di atas, jelas
bahwa sejak PD II, proses urbanisasi di negara berkembang terjadi terlebih dulu
dan kemudian menjadi titik tolak terjadinya industrialisasi. Pada
kenyataannnya, saat ini seperti yang terjadi di Cibinong, urbanisasi terjadi
setelah adanya industri (dibangunnya daerah-daerah industri baru). Selain itu
pada daerah pinggiran Jakarta dibangun beberapa daerah industri yang berfungsi
untuk mendukung kegiatan kota Jakarta, selain itu juga terjadi peningkatan
ekonomi wilayah pinggiran tersebut sehingga wilayah tersebut berangsur-angsur
menjadi kota. Oleh karena itu konsep bahwa urbanisasi merupakan titik tolak
terjadinya industri menjadi kurang tepat karena sesungguhnya keduanya saling
mempengaruhi.
Bab 4
1. Internalisasi Belajar dan Spesialisasi
1.1 Pengertian
Pemuda
Ialah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda
merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini
merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Di dalam
masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus
cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma
pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda
akan menguasai masa depan.
1.2 Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu
melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan
berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam
sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan
Sosialisasi.
1.3 Internalisasi
Belajar dan Sosialisas
Internalisasi adalah
perubahan dalam masyarakat. Sedangkan Sosialisasi adalah suatu
peroses yang mempelajari tentang norma - norma masyarakat yang akan membentuk
keperibadiannnya dilingkungan masyarakat. Jadi jika tidak adanya Internalisasi
dan Sosialisasi didalam lingkungan masyarakat. Maka tidak akan ada perubahan
dilingkungan itu.
1.4 Proses
Sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan
proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang lain.
Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia
bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari
proses tersebut, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya.
Semua warga negara
mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup
ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini
tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses.
1.5 Peranan
Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Peranan pemuda dalam masyarakat dibedakan atas dua hal :
a) Peranan pemuda yang
didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
:
- Pemuda meneruskan tradisi dan mendukung tradisi
- Pemuda yang menyesuaikan diri dengan golongan yang berusaha mengubah tradisi.
b) Peranan pemuda yang menolak
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dibedakan menjadi :
- Jenis pemuda pembangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu
masalah sosial. Contoh sastrawan Rendra dan Chairil anwar pada masanya.
- Jenis pemuda nakal/ delinkuen, yaitu jenis pemuda yang tidak berniat
mengadakan perubahan pada budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha
memperoleh manfaat dari masyarakat dengan tindakan menguntungkan bagi diri
sendiri.
- Jenis pemuda radikal, yaitu mereka yang berkeinginan besar mengubah
masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner tanpa
memikirkan lebih jauh bagaimana selanjutnya.
Wujud sosialisai generasi muda / mahasiswa
1. Peranan pemuda/ mahasiswa
dalam menegakkan kemerdekaan. Setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk
organisasi politik maupun militer.
2. Peran mahasiswa/ pemuda
dalam mempelopori orde baru. Terbentuknya Front Pancasila yang melawan PKI dan
dari Front Pancasila lahir Kesatuan Aksi Mahasiswa / KAMI. KAMI menjadi
pendobrak menuju orde baru.
3. Peran pemuda dalam
masyarakat
- Sebagai agent of change, yaitu mengadakan perubahan dalam masyarakat
kearah yang lebih baik dan bersifat kemanusiaan.
- Sebagai agent of development, yaitu melancarkan pembangunan disegala bidang
yang bersifat fisik maupun non fisik.
- Sebagai agent of modernization, yaitu pemuda bertindak sebagai pelopor
pembaruan.
2. Pemuda dan Identitas
2.1 Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Rangkaian kebijaksanaan pokok dalam pembangunan di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda dalam Repelita II mencakup sejumlah kegiatan lanjutan, perluasan dan peningkatan berbagai usaha selama Repelita I. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemecahan keseluruhan masalah yang mendesak secara lebih mendasar. Masalah-masalah di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda antara lain menyangkut perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, keserasian (relevansi) pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, tepat guna dan hasil guna pengelolaan sistim pendidikan, peningkatan dan perluasan pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda pada umumnya, pembinaan olah raga, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda. Berbagai masalah tersebut berkaitan satu sama lain sehingga keseluruhan kebijaksanaan dalam mengatasinya secara lebih mendasar dengan sendirinya merupakan suatu kebulatan pula.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang digariskan dalam Repelita II telah mengarahkan penyusunan program-program utama untuk mencapai sasaran-sasaran pokok di bidang pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui pelaksanaan rencana tahunan. Garis-garis kebijaksanaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Perluasan dan
pemerataan kesempatan belajar
Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar sebagai pencerminan dari azas keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah Dasar, yaitu dengan membangun gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin perluasan daya tampung SD untuk 85% dari seluruh anak umur 7 — 12 tahun yang pada akhir Repelita II diperkirakan berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini, perhatian khusus diberikan pula pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam jumlah yang memadai sesuai dengan perluasan kesempatan belajar pada SD.
Demikian pula kesempatan belajar pada sekolah lanjutan pertama bagi lulusan SD akan diperbesar dengan sekaligus memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD yang ingin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru (SPG) akan ditingkatkan sesuai dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar yang memerlukan guru tambahan. Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah (STM) dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan terhadap tenaga trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat pendidikan tinggi, perluasan kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada bidang-bidang studi tertentu yang selama ini relatif belum mencukupi.
Dalam pada itu, kebijaksanaan pemerataan kesempatan belajar ditunjang pula oleh kebijaksanaan pengadaan berbagai jenis beasiswa di semua jenis dan tingkat pendidikan, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang berbakat atau mampu berprestasi namun keadaan sosial ekonominya relatif lemah.
Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar sebagai pencerminan dari azas keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah Dasar, yaitu dengan membangun gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin perluasan daya tampung SD untuk 85% dari seluruh anak umur 7 — 12 tahun yang pada akhir Repelita II diperkirakan berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini, perhatian khusus diberikan pula pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam jumlah yang memadai sesuai dengan perluasan kesempatan belajar pada SD.
Demikian pula kesempatan belajar pada sekolah lanjutan pertama bagi lulusan SD akan diperbesar dengan sekaligus memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD yang ingin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru (SPG) akan ditingkatkan sesuai dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar yang memerlukan guru tambahan. Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah (STM) dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan terhadap tenaga trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat pendidikan tinggi, perluasan kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada bidang-bidang studi tertentu yang selama ini relatif belum mencukupi.
Dalam pada itu, kebijaksanaan pemerataan kesempatan belajar ditunjang pula oleh kebijaksanaan pengadaan berbagai jenis beasiswa di semua jenis dan tingkat pendidikan, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang berbakat atau mampu berprestasi namun keadaan sosial ekonominya relatif lemah.
2.2 2 Pengertian Pokok Pembinaan dan Pengembangan
Generasi Muda
Pengertian pokok pembinaan dan pengembangan Generasi Muda ada dua yaitu:
1) Generasi Muda sebagai Subyek
Generasi Muda subyek adalah mereka yang telah dibekali ilmu dan kemampuan
serta landasan untuk dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi bangsa, dalam rangka kehidupan berbangsa bernegara serta pembangunan
nasional.
2) Generasi Muda sebagai Obyek
Generasi Muda Obyek adalah mereka yang masih memerlukan bimbingan yang
mengarah kan kepada pertumbuhan potensi menuju ke tingkat yang maksimal dan
belum dapat mandiri secara fungsional di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta pembangunan nasional.
2.3 Masalah-masalah
Generasi Muda
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara
lain :
1. kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah
terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua
mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya kata-kata
indah.
2. sikap apatis
Sikap apatis meruapakan
kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau
melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam
ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
3. kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stress atau frustasi
semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi
rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras,
obat penenang, seks dan lainnya).
4. ketidakmampuan untuk terlibat
Kecenderungan untuk
mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja
sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi
dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau
malahan dengan uang.
5. perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini
muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola
berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat
teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan
diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan
pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat
nilai baik atau ijasah.
6. pemujaan akan pengalaman
sebagian besar tindakan-tindakan
negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya
berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
2.4 Potensi-potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan
adalah sebagai berikut :
1. Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada,
sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu
mencari gagasan baru. yang
2. Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan
mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan
kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan,
3. Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung
resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu
diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan.
4. Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah
semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda
merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
5. Sikap Kemandirian dan Disiplin
Murni Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu
mandiri dalam sikap dan tindakannya.
6. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah,
secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif.
7. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan
jika dihayati secara sempit dan eksklusif.
8. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta
memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena
pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk
membela dan mempertahankan NKRI.
9. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam
rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan
sebagai Transformator dan Dinamisator.
2.5 Tujuan Pokok Sosialisasi
Tujuan
sosialisasi ada 4 yaitu:
1) Memberikan ketrampilan terhadap seseorang agar mampu
mengimbangi hidup bermasyarakat.
2) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
3) Membantu mengendalikan fungsi – fungsi organic yang
dipelajari melalui latihan- latihan
mawas diri yang tepat.
4) Membiasakan diri dengan berprilaku sesuai dengan nilai
– nilai dan kepercayaan pokok yang
ada dimasyarakat.
3.
Perguruan dan Pendidikan
3.1 Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Generasi Muda yang Progresif
Generasi muda memiliki kecenderungan untuk bersikap antusias dalam menghadapi berbagai isu, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, idealisme yang terkandung dalam jiwa dan pikiran generasi muda memungkinkan generasi muda untuk memainkan peranan penting dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karena sifatnya ini, generasi muda menjadi kelompok yang potensial untuk mendukung pembangunan.
Generasi muda memiliki kecenderungan untuk bersikap antusias dalam menghadapi berbagai isu, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, idealisme yang terkandung dalam jiwa dan pikiran generasi muda memungkinkan generasi muda untuk memainkan peranan penting dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karena sifatnya ini, generasi muda menjadi kelompok yang potensial untuk mendukung pembangunan.
Dalam kaitannya dengan
progresifitas generasi muda, peran generasi muda seyogyanya didorong melalui 5
(lima) strategi berikut, yaitu:
Pertama, mendorong
pelibatan generasi muda dalam proses pengambilan keputusan:
Generasi muda hendaknya ditempatkan dan berusaha menempatkan diri dalam posisi strategis agar aspirasinya didengar khususnya dalam pembuatan kebijakan yang secara langsung terkait dengan kebutuhannya. Generasi muda perlu diberi ruang untuk mengekspresikan pandangan mereka dan berkontribusi bagi pembuatan kebijakan-kebijakan yang secara tidak langsung terkait dengan masalah kepemudaan.
Generasi muda hendaknya ditempatkan dan berusaha menempatkan diri dalam posisi strategis agar aspirasinya didengar khususnya dalam pembuatan kebijakan yang secara langsung terkait dengan kebutuhannya. Generasi muda perlu diberi ruang untuk mengekspresikan pandangan mereka dan berkontribusi bagi pembuatan kebijakan-kebijakan yang secara tidak langsung terkait dengan masalah kepemudaan.
Kedua, mengembangkan
kemampuan kewirausahaan:
Semangat kewirausahaan (enterpreunerships) dapat mendorong generasi muda untuk mampu bertahan manakala memasuki dunia usaha. Secara tidak langsung, upaya ini dapat membantu meminimalkan tingkat pengangguran bagi daerah dan terutama sekali bagi bangsa.
Semangat kewirausahaan (enterpreunerships) dapat mendorong generasi muda untuk mampu bertahan manakala memasuki dunia usaha. Secara tidak langsung, upaya ini dapat membantu meminimalkan tingkat pengangguran bagi daerah dan terutama sekali bagi bangsa.
Ketiga, memaksimalkan
peran generasi muda dalam mengatasi hambatan-hambatan budaya, etnis, dan ras:
Melalui komunikasi antargenerasi dari beragam latarbelakang budaya, etnis, dan ras, generasi muda dapat membangun jaringan (networking) untuk saling tukar-menukar informasi dan kerjasama antarbudaya. Pengenalan budaya ini dapat membantu terwujudnya saling pengertian antar generasi muda.
Melalui komunikasi antargenerasi dari beragam latarbelakang budaya, etnis, dan ras, generasi muda dapat membangun jaringan (networking) untuk saling tukar-menukar informasi dan kerjasama antarbudaya. Pengenalan budaya ini dapat membantu terwujudnya saling pengertian antar generasi muda.
Keempat, memberdayakan
generasi muda dalam pembangunan:
Generasi muda merupakan salah satu unsur penting yang menunjang pelaksanaan pembangunan sehingga perlu ada upaya pemberdayaan yang terencana dan komprehensif untuk memaksimalkan kemampuan generasi muda.
Generasi muda merupakan salah satu unsur penting yang menunjang pelaksanaan pembangunan sehingga perlu ada upaya pemberdayaan yang terencana dan komprehensif untuk memaksimalkan kemampuan generasi muda.
Kelima, menempatkan
generasi muda sebagai visi pembangunan:
Karena generasi muda merupakan aktor penting sekaligus penerima manfaat dari pelaksanaan pembangunan, maka perlu ada upaya untuk merancang pelibatan generasi muda dalam sasaran dan penyusunan program-program pembangunan. Secara demikian, progresifitas generasi muda akan kentara secara nyata.
Karena generasi muda merupakan aktor penting sekaligus penerima manfaat dari pelaksanaan pembangunan, maka perlu ada upaya untuk merancang pelibatan generasi muda dalam sasaran dan penyusunan program-program pembangunan. Secara demikian, progresifitas generasi muda akan kentara secara nyata.
Generasi Muda yang Agamis dan Berbudaya
Generasi muda yang agamis ditandai dengan laku dan tindak dari pemuda yang dilandasi oleh moral-moral normatif agama. Pada intinya, setiap agama mengajarkan keselarasan guna menuju kehidupan yang lebih baik. Yang membedakan diantara agama-agama tersebut hanyalah cara untuk menggapai keselarasan kebahagaiaan tersebut.
Generasi muda yang agamis ditandai dengan laku dan tindak dari pemuda yang dilandasi oleh moral-moral normatif agama. Pada intinya, setiap agama mengajarkan keselarasan guna menuju kehidupan yang lebih baik. Yang membedakan diantara agama-agama tersebut hanyalah cara untuk menggapai keselarasan kebahagaiaan tersebut.
Generasi
muda yang agamis menurut Azyumardi Azra dapat dilihat dari tiga kategori,
pertama, generasi muda yang memiliki visi, yakni generasi muda yang mau
membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran melalui intelectual
enlightement (pencerahan intelektual) dan intelectual enrichment (pengkayaan
intelektual). Strategi pendekatan yang digunakan ialah melalui pemaksimalan
potensi kesadaran dan penyadaran individu yang memungkinkan terciptanya
komunitas ilmiah.
Kedua,
generasi muda yang memiliki nilai, yaitu berupa usaha untuk mempertajam hati
nurani melalui penanaman nilai-nilai moral agama sehingga terbangun pemikiran
dan konseptual yang mendapatkan pembenaran dari Al-Qur’an. Ketiga, generasi
muda yang memiliki keberanian dalam melakukan aktualisasi program, misalnya
dalam melakukan advokasi terhadap permasalahan masyarakat dan keberpihakan
dalam pemberdayaan umat.
Generasi
muda secara agamis dan berbudaya dalam arti luas dapat dipandang sebagai proses
pengembangan potensi diri manusia yang telah ada secara alami. Potensi diri
yang dimaksud adalah kemampuan intelejensia, emosional, spiritual, dan
aksional. Usaha peningkatan potensi diri tersebut diupayakan agar mencapai
kemampuan yang dikehendaki sampai derajat tertentu.
Generasi Muda yang Nasionalis
Generasi muda seringkali dihadapkan pada penyatuan sikap dan perilakunya dalam jargon yang bernama “Nasionalisme”. Nasionalisme sebagai ideologi dapat dilihat sebagai sebuah kesadaran nasional.
Generasi muda seringkali dihadapkan pada penyatuan sikap dan perilakunya dalam jargon yang bernama “Nasionalisme”. Nasionalisme sebagai ideologi dapat dilihat sebagai sebuah kesadaran nasional.
Menurut Frans Magnis Suseno, ideologi dimaksud sebagai
keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah
gerakan, kelompok sosial atau individu. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu
sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarahnya dan
proyeksinya ke masa depan serta merasionalisasikan suatu bentuk hubungan
kekuasaaan. Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan,
mengkonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Ideologi
yang dianutlah yang pada akhirnya akan sangat menentukan bagaimana generasi
muda memandang sebuah persoalan dan harus berbuat apa untuk mensikapi persoalan
tersebut.
Istilah ideologi adalah istilah yang seringkali
dipergunakan terutama dalam ilmu-ilmu sosial, akan tetapi juga istilah yang
sangat tidak jelas. Banyak para ahli yang melihat ketidakjelasan ini berawal
dari rumitnya konsep ideologi itu sendiri. Ideologi dalam pengertian yang
paling umum dan paling dangkal biasanya diartikan sebagai istilah mengenai
sistem nilai, ide, moralitas, interpretasi dunia dan lainnya.
Menurut Antonio Gramsci, ideologi lebih dari sekedar
sistem ide. Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang
bersifat psikologis. Artinya ideologi ‘mengatur’ manusia dan memberikan tempat
bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka,
perjuangan mereka dan sebagainya.
3.2 Pengertian
Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Batasan tentang Pendidikan Batasan tentang pendidikan
yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu
dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar
yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang
melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses
transformasi
Budaya Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan
diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang
lain
b. Pendidikan sebagai Proses
Pembentukan
Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan
diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan
Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan
sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta
didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN
1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada
kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar
1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Perguruan
Tinggi adalah Perguruan Tinggi
yang didambakan, diimpikan, diharapkan, difavoritkan, dan dicintai oleh
masyarakat pada umumnya dan masyarakat kampus pada khususnya. Agar
bisa menjadi Perguruan Tinggi Idaman, maka ada 5 faktor yang menurut saya harus
dipenuhi oleh Perguruan Tinggi, yaitu :
1. Mutu / Kualitas
2. Biaya murah / terjangkau
3. Keamanan / Kenyamanan
4. Mengikuti Perkembangan Zaman Bermanfaat Bagi
Mayarakat
3.3 Alasan Berkesempatan untuk Mengenyam
Pendidikan Tinggi
Karena
Pendidikan Tinggi merupakan jalan untuk mencapai pekerjaan yang diminati setiap
orang yang mengenyamnya. Disamping itu di Pendidikan Tinggi seseorang akan
lebih bebas dalam mengekspresikan diri baik dalam akademik maupun non akademik.
Komentar
Posting Komentar