Wawancara
Berikut adalah isi wawancara yang
terjadi antara pewawancara dengan narasumber.
Saya : Selamat Siang mbak.
Bidan : Ya.. Siang.
Saya : Permisi mbak maaf mengganggu sebentar, bolehkah saya berbincang sebentar?
Saya : Selamat Siang mbak.
Bidan : Ya.. Siang.
Saya : Permisi mbak maaf mengganggu sebentar, bolehkah saya berbincang sebentar?
Bidan : Iya boleh, ada apa ya ?
Saya :
Perkenalkan nama saya Bagus Nugroho, nama mbak siapa ya?
Bidan : Nama
saya Veranica.
Saya : Saya ada tugas dari kampus mbak buat mewawancarai
seseorang, bersediakah mbak jadi narasumber?
Bidan : Yaa boleh dengan senang hati. Tapi jangan nanya yang macem – macem ya de. Hehe..
Saya : Oiya nama lengkap mbak siapa?
Bidan : Nama lengkap saya Veranica Tiarnidar, tapi biasa dipanggil Vera.
Saya : Sudah berapa lama mbak Vera membuka usaha klinik dan menjadi bidan?
Bidan : Saya masih bisa dibilang baru di usaha ini, saya buka usaha klinik ini sekitar 1 setengah tahun yang lalu. Untuk menjadi bidan ini sudah tahun kedua saya.
Saya : Ohh berarti kurang lebih 2 tahun menjadi bidan ya mbak. Mengapa mbak lebih memilih bidan daripada pekerjaan lain?
Bidan : Yaa boleh dengan senang hati. Tapi jangan nanya yang macem – macem ya de. Hehe..
Saya : Oiya nama lengkap mbak siapa?
Bidan : Nama lengkap saya Veranica Tiarnidar, tapi biasa dipanggil Vera.
Saya : Sudah berapa lama mbak Vera membuka usaha klinik dan menjadi bidan?
Bidan : Saya masih bisa dibilang baru di usaha ini, saya buka usaha klinik ini sekitar 1 setengah tahun yang lalu. Untuk menjadi bidan ini sudah tahun kedua saya.
Saya : Ohh berarti kurang lebih 2 tahun menjadi bidan ya mbak. Mengapa mbak lebih memilih bidan daripada pekerjaan lain?
Bidan : Yaa seperti yang adik tahu kalau
pekerjaan dibidang kesehatan itu sangat penting, karena kita dapat
menolong dari orang yang sakit ringan, berat hingga ibu ibu yang akan
melahirkan.
Saya : Mbak kalo boleh saya tahu, bagaimanakah awal mula mbak Vera bekerja sebagai bidan hingga mempunyai klinik pribadi seperti ini?
Bidan : Sebenarnya bakat bidan ini diwarisi dari mamah saya yang seorang bidan juga. Awal mulanya setelah lulus SMA saya mencoba untuk masuk perguruan tinggi negeri tetapi tidak diterima karena persaingan yang begitu ketat. Dan akhirnya mamah saya menyarankan untuk mengikuti pendidikan bidan di sebuah poltekes swasta.
Saya : Wah, ternyata keberhasilan mbak menjadi bidan ini berawal dari kegagalan mbak masuk di perguruan tinggi negeri yah.
Saya : Mbak kalo boleh saya tahu, bagaimanakah awal mula mbak Vera bekerja sebagai bidan hingga mempunyai klinik pribadi seperti ini?
Bidan : Sebenarnya bakat bidan ini diwarisi dari mamah saya yang seorang bidan juga. Awal mulanya setelah lulus SMA saya mencoba untuk masuk perguruan tinggi negeri tetapi tidak diterima karena persaingan yang begitu ketat. Dan akhirnya mamah saya menyarankan untuk mengikuti pendidikan bidan di sebuah poltekes swasta.
Saya : Wah, ternyata keberhasilan mbak menjadi bidan ini berawal dari kegagalan mbak masuk di perguruan tinggi negeri yah.
Bidan : Yahh bisa dibilang begitu de. Namanya juga rezeki kan sudah ada yang ngatur.
Saya : Emm selama pendidikan bidan pengalaman apa saja yang mbak sudah dapat?
Bidan :
Banyak sekali de, yang paling saya ingat waktu magang dirumah sakit. Disitu ternyata banyak sekali pasien dari yang sakit
ringan hingga sakit parah. Saya pernah merawat orang yang terkena HIV, awalnya sih
takut tapi karena kita diberi training jadinya sudah biasa. Saya juga pernah
merawat pasien diabetes yang sudah parah. Setiap luka di tubuhnya pasti mengeluarkan
nanah dan itu sangat bau sekali sampe saya pernah membersihkan nanahnya loh. Tapi pasien
diabetes itu akhirnya meninggal karena sudah tidak tahan dengan
penyakit itu. Dirumah sakit itu saya paling suka merawat anak anak karena saya
sangat menyukai anak kecil.
Saya : Widihh
menarik sekali ya pengalaman mbak selama pendidikan. Apa ada hal tidak menyenangkan yang pernah mbak dapatkan?
Bidan : Ada de. Sebagian pegawai rumah sakit yang sudah lama bekerja disana merasa iri terhadap kita yang magang. Tapi semua itu saya dan teman teman anggap biasa. Tidak semua pegawai seperti itu kok. Ada yang baik yang mau mengajari kita tentang ini itu yang kita tidak tahu.
Bidan : Ada de. Sebagian pegawai rumah sakit yang sudah lama bekerja disana merasa iri terhadap kita yang magang. Tapi semua itu saya dan teman teman anggap biasa. Tidak semua pegawai seperti itu kok. Ada yang baik yang mau mengajari kita tentang ini itu yang kita tidak tahu.
Saya : Oiya
kembali ke klinik nih mbak. Apakah di klinik mbak ada bidan lain yang bantu bantu kerja?
Bidan : Dulu ada sih de, tapi karena saya tidak puas dengan kerjanya jadi tidak saya teruskan deh. Sudah banyak yang saya berhentikan karena kerjanya tidak maksimal.
Saya : Memang tidak puasnya dimana mbak?
Bidan : Mereka disini seenaknya sendiri, kemana mana tanpa izin. Malah tidak jarang setiap ada pasien dia tidak ada di klinik. Saya juga tidak sepanjang hari ada di klinik karena harus mengunjungi pasien yang meminta saya untuk merawat dirumah. Kan bisa rugi saya. Pernah waktu itu setiap duit yang terkumpul di klinik jumlahnya selalu berkurang. Yaa saya juga tidak tahu pasti itu duit siapa yang ngambil tapi supaya menghindari hal hal yang lebih merugikan lagi akhirnya saya berhentikan saja dia.
Saya : Wah perlu berhati hati juga ya mbak untuk mengolah usaha seperti ini. Apakah untuk saat ini ada bidan yang anda pekerjakan?
Bidan : Untuk saat ini tidak ada de. Saya lebih fokus mengolahnya sendiri.
Saya : Ohh yasudah kalau begitu terima kasih ya mbak atas wawancaranya. Maaf nih mengganggu istirahat siangnya.
Bidan : Iya sama-sama de. Ga ganggu kok kebetulan saja saya lagi nyantai.
Saya : Oh begitu. Saya pamit ya mbak selamat siang.
Bidan : Iya siang juga.
Tadi adalah wawancara saya dengan
seorang bidan tentang pandangan hidup. Bidan tersebut sebenarnya ingin sekolah
di perguruan tinggi negeri tapi karena tidak dapat bidan tersebut tidak
menyerah dan mau berusaha. Setelah diarahkan oleh orang tuanya akhirnya dia
berhasil untuk menjadikan bidan sebagai pandangan hidupnya.
Komentar
Posting Komentar